Selasa, 16 Agustus 2011

Bohongnya Keterlaluan!

"Aku benci dan merasa jijik terhadap dusta, tetapi Taurat-Mu kucintai." (Psa 119:163)

Paling dongkol rasanya kalo jaga toko dan ketemu orang yang tidak jujur. Misalkan tadi (walaupun udah sering juga kejadian), ada satu ibu yang datang ke toko, mau beli buku cerita sekolah minggu. Dia tanya kalau dia ambil banyak, apa dapat potongan. Dan emang dapat potongan dari Rp20.000 jadi Rp17.500. Dia beli 20 biji (lumayan potongan segitu buat 20 biji… OMG, mulai deh hitungan dagang. Hahaha.)

Trus ibu itu minta nanti di nota, tulis harganya Rp20.000. OMG lagi, ternyata orang ini ga jujur banget ya. Udah tau kan kenapa dia minta begitu? Ya buat dapat profit. Kalo dia beli buku kita dengan harga Rp17.500, dia akan kasih ke atasannya nota dengan harga barang masing-masing Rp20.000 dan dia udah untung Rp2.500/buku. Otomatis, langsung deh tolak permintaan ibu itu, “Maaf Ibu, di sini hanya tulis harga yang benar.”

Dalam hati “Gila, buat barang sekolah minggu aja udah ga jujur. Astaga…”
Iseng-iseng tanya dia dari mana dan ternyata ketauan ibu itu beli atas nama gereja. OMG lagi! Gila…. Melayani kok pake korupsi ya? Astaga…. Luar biasa…. Bakat ga jujur, bakat ga selamat nih… Swt… Celaka kita kalau berdusta, apalagi dalam pelayanan.

Manusia macam ini disebut Alkitab sebagai "saksi dusta" (Ams. 14:5). Bicara mengenai bohong atau dusta, kita seharusnya inget sama Iblis, yang dikatakan sebagai "pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh. 8:44). Wow, ternyata anak Tuhan ga suka bohong, yang suka bohong itu anaknya Iblis.
Kalo kita orang benar, pasti kita ga akan suka sama kebohongan seperti ini, bukan hanya ga suka tapi kita akan  "... benci kepada dusta...." (Ams. 13:5).

Sehebat apa sih "dusta" di mata Tuhan? Wah, serius banget, lho.... "Orang yang dusta bibirnya adalah KEKEJIAN bagi TUHAN...." (Ams. 12:22)
Apalagi kalo orang berdusta cuma buat cari duit.... Bener-bener ga berkenan di mata Tuhan.

Jadi, apakah kita masih bisa berpikir mencapai tujuan dengan berdusta?

"The making of treasures by a lying tongue, Is a vanity driven away of those seeking death." (Prov. 21:6, YLT)

Minggu, 07 Agustus 2011

Kenapa Yesus Mengutuki Pohon Ara karena Belum Berbuah? Padahal Udah Jelas Ga Lagi Musimnya?

"Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.
Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya." (Markus 11:13, 14)

"... Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu." (Mat. 21:19)

Seorang yang anti Alkitab bilang (kira-kira) kalo ngutuk pohon ara yang ga berbuah karena emang belum musimnya sama aja kayak kita nendang anjing karena dia ga bisa bicara.

Nah, apakah Yesus seperti itu?

Ternyata ngga seperti itu. Kita akan liat kenapa orang yang komen seperti itu sebenarnya adalah komen yang keliru yang diucapkan sama orang yang ga ngerti konteks.

Nah, pohon ara memang ada musimnya. Pada akhir bulan Mei, daun-daun akan mulai muncul, dan pada saat yang bersamaan (atau sebelumnya), akan muncul beberapa buah ara yang bentuknya kecil-kecil, yang sebenarnya bukan buah ara sebenarnya, tapi kayak bakal buah ara (bahasa arabnya taqsh) gitu. Ukurannya sebesar almon ijo. Bakal buah ini biasanya dimakan sama orang susah di sekitar situ kalo lagi lapar.

Nah, kalo pohon ara yang udah berdaun tapi ga ada taqsh, itu berarti ga akan ada buah ara. Nah, jenis pohon inilah yang dikutuk Tuhan, karena udah berdaun, tapi ga ada taqsh.

Ini menunjuk kalo iman yang ga menunjukkan buahnya, itu sama aja boong, dan berarti bukan iman yang sejati.

Apakah kamu punya iman yang sejati, yang berbuah?

Selasa, 02 Agustus 2011

Bolehkah Bersedih pada Saat Ditinggalkan Orang yang Kita Sayangi?


Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. (1 Tes.4:13)

Ini adalah satu dari beberapa ayat yang dibacakan ketika tadi saya pergi ke ibadah penghiburan. Ayat ini menarik sekali, karena ternyata maknanya dalam sekali dan….. karena belum pernah dibaca sebelumnya. Hehe. Baru tau kalo di Alkitab ada ayat sehebat ini. Hehe.

Kalau ada orang meninggal, wajar untuk kita bersedih. Kalau kita ketawa-ketawa, itu tidak wajar, dan salah satu ciri gangguan jiwa (orang gangguan jiwa kan tak bisa bertindak yang pantas sesuai realitas). Ayat itu bilang kalo kita sedih, boleh aja, tapi tolong jangan terlalu sedih. Dibilang kalo kita terlalu sedih, itu sama aja kayak orang yang “tidak mempunyai pengharapan”.

Buat orang percaya, kita tahu kalau ada “pengharapan”. Penting banget untuk kita tau ini. Ketika kita punya pengetahuan “tentang mereka yang meninggal”, maka kita ga akan kuatir lagi, dan malah akan bersyukur kalau orang yang kita kasihi, yang udah kenal Tuhan, meninggal.

Kenapa sih orang sedih kalau ditinggal orang yang dikasihi meninggal? Karena sedih berpisah. Kalau kita perpisahan dengan orang yang kita sayang, kita mungkin bisa sampai nangis. Begitu juga yang dirasakan orang hidup yang kehilangan orang yang disayanginya.

Tapi kita seharusnya jangan terlalu sedih, kalau kita tau bahwa dia akan pergi ke tempat yang lebih baik daripada bumi yang kotor ini. Orang yang sudah kenal Tuhan ga akan hidup di bumi, atau di planet lain, tapi akan hidup bersama Kristus. Di mana? Ya di mana lagi kalo bukan di Surga (Yoh. 14:2,3). Di sana tu tempat kediaman kita yang sebenarnya; bumi ini hanya tempat transit 60 tahun (2 Kor. 5:1).

Jadi, kalo udah tau ini, dan punya pengharapan tentang ini, maka kita tidak akan sedih berlebihan, ketika orang yang kita kasihi, yang sudah mengenal Tuhan, meninggal, justru kita akan bersyukur karena mereka sudah bersama Tuhan Yesus di sana.

Tapi ya kita juga jangan berdoa minta buru-buru mati biar ketemu Tuhan, ya, karena kalo kita masih di sini, berarti Tuhan ingin kita melakukan sesuatu buat Dia; menjadi kesaksian yang hidup buat orang lain yang masih ada di bumi juga.

Jadi, yuk mumpung kita belum dipanggil Tuhan, kita lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan buat Tuhan di manapun kita berada, termasuk kalau kita lagi di sekolah atau bahkan di pekerjaan kita.